NASA Temukan Bukti Adanya Alien di Saturnus


TEMPO Interaktif, Jakarta - Bukti yang menunjukkan bahwa ada kehidupan di Titan, bulan Saturnus, tampaknya telah ditemukan oleh para ilmuwan National Aeronautics and Space Administration (NASA).


Ditemukan Virus lebih Mematikan dari Flu Babi


Ditemukan Virus lebih Mematikan dari Flu Babi


 

Dumai,

Belum lagi flu burung selesai sudah tambah yang baru. Memang kacau sudah saat ini. Menurut pakar ilmu kesehatan Kota Dumai, Riau, diyakini setelah virus flu babi yang sempat melanda Indonesia, akan ada virus mematikan lainnya yang muncul hasil bembiayakan genetika unsur yang sama. "Dilihat dari kasus-kasus influensa yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae yang endemik pada populasi ungas dan babi yang dengan begitu cepat beradaptasi, tidak menutup kemungkinan akan melahirkan virus baru dengan genetika yang mirip bahkan lebih ganas," kata pakar kesehatan Firman SKM, di Dumai. 

Seperti diketahui, virus mematikan sebelumnya (flu babi-flu burung-Red), merupakan virus yang dapat menular setelah bersentuhan langsung oleh unggas atau hewan yang terjangkit sebelumnya. Selain itu, dua virus ini juga dapat ditularkan dari manusia ke manusia dengan efek yang dapat menyebabkan kematian. "Hal demikian karena jenis virus tersebut dapat bertahan disuhu tubuh yang relatif buruk, baik di tubuh unggas, hewan mamalia, bahkan manusia yang dengan sangat cepatnya," tuturnya

Ketika kedua virus tersebut beradaptasi diantara dua hewan yang berbeda, maka tidak menutup kemungkinan munculnya virus dengan genetika yang berbeda namun tidak jauh berbeda dengan virus sebelumnya.

Sebagai contoh, sebelum tahun 1998 di Amerika Serikat hanya virus dengan subtipe H1N1 yang lazim ditemukan pada populasi babi. Namun sejak akhir Agusuts 1998, subtipe H3N2 telah diisolasi juga dari babi hingga menyebabkan penderitanya, baik hewan ataupun manusia dapat seketika kehilangan daya tahan tubuh hingga menyebabkan kematian. "Dari sini dapat kita lihat, bahwa perkembangan atau perubahan genetika virus dapat saja terjadi dalam waktu yang relatif singkat, tergantung adaptasi dan ketahanan tubuh hewan atau manusia yang terjangkitnya," ucapnya. (Ant)

Google Pernah Bertikai Dengan 25 Negara

Google Pernah Bertikai Dengan 25 Negara





Bejiing,

Perselisihan Google Inc. dengan China terkait sistem sensor internet menjadi perbincangan luas di berbagai negara. Namun, bukan hanya dengan China saja Google bertikai. Persoalan serupa juga pernah dihadapi Google dalam beberapa tahun terakhir di sedikitnya 25 negara.

Kabar IPTEK


Hujan Meteor Lyrid Berhasil Terekam Kamera Lapan


 

Hujan meteor Lyrids yang puncaknya diperkirakan Kamis (22/4) dini hari hingga malam  terekam kamera meteor (kamera medan luas) milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

"Hujan meteor terdeteksi pada Kamis pukul 03:49 WIB hingga 05:10 WIB dari Stasiun Pengamat Dirgantara Sumedang. Ada empat yang tampak seperti goresan cahaya teridentifikasi," kata Pakar Astronomi LAPAN Prof Dr Thomas Djamaluddin melalui telepon  hari ini.

Kabar IPTEK

Tahukah Anda Feses Paus Bisa Bantu Perangi "Global Warming" ?


Paus Biru

(VIVAnews)

Australia, (tvOne)

Para peneliti Australia menemukan bahwa kotoran paus memiliki kegunaan untuk membantu memerangi pemanasan global. Feses hewan mamalia tersebut, menurut para ilmuwan Australia, merupakan pupuk alami bagi tumbuhan laut yang memungkinkan laut menyerap lebih banyak karbondioksida.

Penelitian teranyar dari Australian Antarctic Division mengatakan bahwa paus mengeluarkan feses kaya zat besi secara alami menyuburkan permukaan air. Ini menyebabkan keseluruhan ekosistem mengirimkan lebih banyak karbon ke perairan dalam.

"Tanaman (laut) menyukainya dan sebenarnya itu adalah salah satu cara untuk menarik karbon keluar dari atmosfer," kata ilmuwan Antartika Steve Nicol kepada suatu kantor berita seperti dikutip dari laman ABC News. Nicol menambahkan bahwa feses paus bisa berbentuk cair maupun padat.

Penelitian menyebutkan bila jumlah paus bertambah, kotoran mereka bisa membantu tumbuhan laut atau alga berkembang dengan baik, sehingga meningkatkan kemampuan laut untuk menyerap karbon dioksida yang merupakn penyebab pemanasan global.

Zat besi merupakan elemen vital bagi pertumbuhan alga yang menyerap karbon dioksida saat tanaman-tanaman tersebut berkembang. Meski demikian, zat besi merupakan elemen langka di laut selatan (VIVAnews).

Penemuan Baru: Kipas Angin Tanpa Baling-baling


James Dyson, penemu vacuum cleaners tanpa kantong, kini telah mempunyai penemuan baru: kipas angin tanpa baling-baling. Kipas angin ini mendorong 119 galon udara perdetik. Tidak seperti kipas angin biasa yang mengandalkan baling-baling yang berputar untuk “menangkap” udara dan menghembuskannya ke depan, teknologi kipas angin tanpa baling-baling ini menggunakan prinsip aliran udara model seperti sayap pesawat terbang.

Udara ditarik masuk ke dalam dasar silinder mesin oleh sebuah motor kecil, kemudian alat pendorong motor itu mendorong udara ke dalam lubang yang berongga dan kemudian lewat sebuah celah, menyapu seluruh bagian lubang. Udara kemudian dipercepat alirannya melalui sebuah lingkaran besar, yang disebut loop amplifier. Video ini mengilustrasikan teknologi aliran udara tersebut : http://www.youtube.com/watch?v=ezK2GdfxnyY&feature=player_embedded

Ada beberapa keuntungan-keuntungan di dalam menggunakan teknologi ‘Air Multiplier’:

- Karena tidak ada bagian yang berputar kencang (yang dapat berbahaya jika disentuh), maka tidak perlu ada kawat pelindung.

- Tidak perlu sering-sering dibersihkan karena tidak ada baling-balingnya

- Pengatur kekencangan bisa menggunakan dimmer (seperti saklar putar pengatur terang/redupnya lampu)
Di dalam sebuah wawancara dengan Dyson, ia mengatakan: “Saya selalu kecewa dengan kipas angin biasa. Baling-baling yang berputar memotong aliran udara, menyebabkan suara mengganggu. Selain itu susah dibersihkan dan anak-anak selalu ingin memasukkan jari-jari mereka melalui lubang-lubang kawat. Jadi kami mengembangkan sebuah jenis kipas angin baru yang tidak menggunakan baling-baling.” (Erabaru/snd)

10 Planet Baru di Luar Tata Surya


Sebuah kelompok astronom internasional telah menemukan 10 planet baru yang pusat orbitnya bukan matahari. Tim itu menggunakan kamera robotik yang mendapatkan informasi cukup banyak tentang dunia lain tersebut, bahkan ada yang cukup eksotis. Sistem ini diharap akan merevolusi pandangan ilmu pengetahuan tentang pembentukan planet.

Dua diantara kelompok astronom itu berasal dari A.S, Rachel Street dan Tim Lister. Street adalah mahasiswa pasca-sarjana di University of California, Santa Barbara dan Las Cumbres Observatory Global Telescope Network (LCOGTN) di Santa Barbara. Lister adalah pimpinan proyek di LCOGTN.

Pemimpin tim, Don Pollaco dari Queen’s University, Belfast, Irlandia Utara, akan mengumumkan penemuannya pada pidato di pertemuan astronom nasional Royal Astronomical Society’s di Inggris pada hari rabu 2 April.

Kolaborasi internasional ini disebut “SuperWASP,” untuk Pencarian untuk Planet(Wide Area Search for Planets).

Teknik penemuan planet ini memberi informasi lebih tentang pembentukan dan evolusi planet daripada teknik gravitasi. Astronom mencari “transits,” momen dimana planet lewat didepan bintangnya, sama seperti gerhana di bumi.

Pada 6 bulan terakhir tim SuperWASP menggunakan 2 kamera di kepulauan Canary dan Afrika Selatan untuk menemukan 10 planet baru diluar tata surya.

Dengan teknik gravitasi, ilmuwan telah menemukan 270 planet diluar tata surya sejak awal 1990. Mereka mengukur gaya tarik gravitasi pada bintang yang berasal dari planet yang mengelilinginya. Ketika planet bergerak maka gaya tarik itu berubah. Tetapi hal ini baru dapat menemukan planet baru jika suatu bintang diamati dalam beberapa minggu atau bulan, sehingga kecepatan penemuannya lambat.

Teknik SuperWASP meliputi 2 set kamera yang mengamati kejadian transit dimana planet tepat berada didepan bintangnya sehingga memblok cahaya bintang yang mengakibatkan bintang tersebut terlihat dari bumi lebih pucat. Kamera SuperWASP bekerja sebagai robot, mengamati area luas dari langit pada sekali pandang. Setiap malam astronom menerima data tentang jutaan bintang. Mereka mencari data transit dan menemukan planet. Teknik transit juga memungkinkan ilmuwan untuk menyimpulkan ukuran dan massa planet.

Kolaborator dari seluruh dunia mengikuti setiap kemungkinan planet yang ditemukan SuperWASP dengan observasi lebih detil untuk mengkonfirmasi atau menolak penemuan tersebut.
Astronom yang bekerja di Las Cumbres Observatory Global Telescope Network (LCOGTN) bekerjasama dengan UC Santa Barbara memakai teleskop robotik di Arizona, Hawaii, dan Australia. Teleskop tersebut menyediakan data berkualitas tinggi untuk dipilih untuk observasi lebih lanjut. Data ini bersama data dari Nordic Optical Telescope di La Palma, Spanyol; the Swiss Euler Telescope di Cili; dan the Observatoire de Haute Provence di Perancis Selatan; memberi konfirmasi akhir adanya penemuan baru.

Total 46 planet telah ditemukan terhadap bintang transitnya. Sejak dioperasikan tahun 2004, kamera SuperWASP telah menemukan 15 bintang dan merupakan survey transit tersukses di dunia.
Planet yang ditemukan SuperWASP bermassa diantara separuh sampai delapan kali massa planet terbesar di tata surya yaitu Jupiter.

Angka dari dunia baru ini cukup menakjubkan. Sebagai contoh satu tahun versi WASP-12b, adalah setara dengan sehari lebih sedikit waktu bumi. Planet ini sangat dekat dengan bintangnya sehingga suhu siang harinya dapat mencapai 2300 derajat Celsius.

Lister dan Street dari LCOGTN/UCSB sangat gembira dengan hasil ini. Street menggambarkan penemuan ini sebagai langkah maju yang sangat besar bagi bidangnya.
Lister mengatakan, “Banyaknya penemuan baru dari SuperWASP akan merevolusi pengertian kita tentang pembentukan planet. Jaringan teleskop fleksibel global milik LCOGTN memainkan peranan terpenting dari usaha dunia untuk mempelajari planet baru.”

Sumber : University of California – Santa Barbara

Sumber: www.fisikaasyik.com

Penemuan Cincin Terbesar di Saturnus

Teleskop Landas Angkasa Spitzzer milik NASA berhasil menemukan sebuah cincin baru dan besar di Saturnus. Si cincin, saat ini terdeteksi sebagai cincin paling besar di planet bercincin tersebut.

Cincin Saturnus yang baru dan yang terbesar. kredit : NASA / JPL-Caltech

Cincin Saturnus yang baru dan yang terbesar. kredit : NASA / JPL-Caltech

Sabuk cincin yang baru, berada di daerah yang jauh dari sistem Saturnus dengan kemiringan orbit 27 derajat dari bidang cincin utama. Bagian terbesar materi yang ada di dalam cincin ini berukuran 6 juta km jaraknya dari planet Saturnus dan membentang sampai sekitar 12 juta km. Salah satu satelit terjauh Saturnus yakni Pheobe berada di dalam cincin baru tersebut. Tampaknya materi utama yang membentuk si cincin berasal dari Pheobe.

Cincin baru Saturnus tersebut terhitung cukup tebal dengan tinggi vertikal 20 kali diameter planet. Seandainya kita memasukkan Bumi ke dalam cincin ini, ia akan bisa menampung 1 milyar Bumi di dalamnya. Cincin berukuran super tapi materi di dalamnya renggang. Ia terbentuk dari susunan partikel debu dan es.

Mata inframerah Spitzer berhasil melihat sinar dari partikel debu yang dingin. Penemuan ini diharapkan dapat memberi jawaban atas penampakan Iapetus yang aneh, dimana satu sisinya terang sedang sisi lainnya sangat gelap. Pola tersebut mirip dengan pola pada simbol yin-yang. Iapetus ditemukan oleh astronom Giovanni Cassini pada tahun 1671 dan bebrapa tahun kemudian diketahui kalau satelit ini memiliki sisi gelap yang dikenal sekarang dengan nama Cassini Regio (area Cassini).

Keberadaan cincin baru ini diharapkan bisa memberi penjelasan bagaimana Cassini Regio terjadi. Cincin tersebut bergerak dalam arah yang sama dengan Pheobe sementara Iapetus dan sebagian besar satelit Saturnus bergerak dalam arah yang berlawanan. menurut para ilmuwan, sebagian materi debu dan gelap dari luar cincin bergerak masuk menuju Iapetus, menghantam bulan es itu seperti serangga di kaca mobil.

Diagram Cincin terbaru Saturnus. Kredit : NASA/JPL-CAltech

Diagram Cincin terbaru Saturnus. Kredit : NASA/JPL-CAltech

Sejak lama para astronom sudah menduga hubungan antara satelit luar Saturnus, Pheobe dengan materi gelap di Iapetus. Namun baru sekarang ada bukti yang meyakinkan hubungan tersebut. Pheobe bergerak mengelilingi Saturnus di dalam sabuk debu yang terlempar saat terjadi tabrakan kecil dengan Komet – proses yang mirip di bintang yang dikelilingi piringan debu serpihan planet.

Cincin baru ini juga akan sulit dilihat dengan teleskop yang bekerja pada gelombang cahaya tampak. Partikel-partikelnya tersebar dan membentang melewati sebagian besar materi cincin ke arah mendekati Saturnus dan menjauh ke arah ruang antar planet. Dengan demikian kecil kemungkinan partikel di cincin akan dapat memantulkan cahaya tampak. Partikel-partikel ini jaraknya berjauhan sehingga jika kita berada di dalam cincin, kita tidak akan menyadari keberadaan sabuk cincin. Spitzer sendiri berhasil mengenali pijaran debu yang dingin dengan temperatur 80K.

Sumber : NASA Spitzer